Anti Partai Anti Kemunafikan

Friday, April 27, 2007

Agung Laksono Tertipu Rp 10 M

KETUA DPR H. R. Agung Laksono, kini bertambah sibuk. Bukan lantaran pekerjaan sebagai pimpinan dewan, tapi terkait dengan kasus dugaan penipuan berkedok investasi di sektor perminyakan. PT Wahana Bersama Globalindo (WBG) sebagai pemasar produk investasi Dressel Investment Limited, merupakan perusahaan yang bertanggung jawab atas kasus yang diduga merugikan nasabah Rp 3,5 triliun lebih.
Agung Laksono, tentu saja bukan bagian dari jaringan pelaku penipuan itu. Justru, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menjadi salah seorang korbannya. Oleh karena itu, banyak orang penasaran dan menanyakan langsung masalah ini kepadanya.
Dia pun tidak mengelak saat disebut sebagai korban penipuan berkedok investasi. "Saya korban. Saya simpan dana keluarga sebesar Rp 10 miliar," katanya saat dicegat "PR" saat acara Inter-Parliamentary Union (IPU) di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (24/4).
Agung Laksono hanya seorang di antara sekitar 5.000 orang kaya di Jakarta dan dari beberapa kota, yang menjadi korban penipuan. Nama-nama beken lain dari kalangan pengacara, ekonom/pengurus bursa efek, akademisi, agamawan, artis/aktris ikut jadi korban.
Beredar di sejumlah media nama-nama beken yang jadi korban, seperti O. C. Kaligis (advokat), Sayidiman Suryohadiprojo (mantan dubes), Andi Mattalata, Emier Moeis (anggota DPR), Sukamdani Sahid (pengusaha), Isakayoga (mantan Dirut Bursa Efek Surabaya), Mustiko Saleh (mantan Wakil Dirut Pertamina), Wally A. Saleh (Vice President Shell Indonesia), Syaukani (Bupati Kutai Kartanegara yang kini ditahan KPK), Dr. Herman Haeruman, Dr. Dedi M.M. Riyadi (mantan Deputi Bappenas), Sugito Suwito (mantan Kepala BPS), dan Goenawan Mohamad (tokoh pers).
Nama artis Iwan Fals, Sandy Harun, Mira Lesmana juga disebut-sebut sebagai korban. Kalangan rohaniwan/agamawan juga ikut dalam barisan korban. Mereka pun seperti korban Ibist Bandung, mendirikan Crisis Center di Jakarta.
Banyak nama dan tokoh beken lain yang diduga jadi korban, karena perusahaan ini beroperasi tidak hanya di Jakarta. Ada cabang di Manado, Surabaya, Semarang dan sejumlah kota besar.
Modus perusahaan investasi menanamkan uang dengan kompensasi modal bisa kembali dalam waktu singkat, bunga tinggi terus mengalir. PT WBG menawarkan bunga 24-28%/tahun. Bunga yang ditawarkan ini beberapa kali lipat jika dibandingkan dengan investasi di bank umum.
Modus demikian, sebenarnya sama saja dengan kasus Ibist (Inter Banking Bisnis Terencana) di Bandung, Sarana Pratama Indoglobal (SPI) di Jakarta, dan banyak lembaga sejenis lainnya.
Model-model demikian tidak ada bedanya dengan kolektor investor yang menawarkan kepada orang kaya untuk lebih kaya lagi. Selama dua tahun, PT WBG mengumpulkan ribuan nasabah dan menarik dana 385 juta dolar AS atau Rp 3,5 triliun. (Mukhijab/Refa/”PR”)***

No comments: